Senin, 11 November 2013

Benarkah bahasa Arab bahasa surga?

Apakah Bahasa Arab itu bahasa ahli surga??
Ketika saya di pondok, saya pernah berbincang-bincang dengan teman yang saya lihat memiliki kecerdasan dan keuletan dalam belajar. Kami ngobrol bil lughatil 'arabiyyah. Di tengah-tengah obrolan itu, saya melontarkan kalimat, "Bahasa Arab adalah bahasa penghuni surga." Saya mengatakan hal itu karena pernah menyimak ceramah berbahasa Arab dari orang Mesir yang saya lupa namanya, saat saya masih kuliah di UM. Ternyata teman tadi malah menertawakan saya. Dia balik bertanya, "Mana dalilnya kalau Bahasa Arab bahasa penghuni surga?"
Saya pun terdiam, tidak tahu harus berkata apa-apa lagi. Setelah itu saya car-cari literatur tentang dalil "Bahasa Arab adalah bahasa penghuni surga." Cukup lama bahkan hingga berbulan-bulan lamanya tidak saya temukan dalil yang saya butuhkan. Barulah saat saya ikut ngaji di Prof. Dr. Romo Kyai H.M. Tholchah Hasan, dengan Kitab "Al-Jami' As-Shaghir", saya menyimak Romo Kyai membaca hadits:
أحبوا العرب لثلاث لأني عربي ، والقرآن عربي ، وكلام أهل الجنة عربي
Artinya: "Cintailah oleh kalian bangsa arab karena tiga hal: Karena aku berbangsa Arab,dan Al-Quran itu diturunkan dalam bahasa Arab, dan percakapan penghuni surga itu bahasa Arab"
Dengan demikian kata-kata saya dulu tidaklah ngawur, karena Imam Jalaluddin As-Suyuthi seorang ulama kenamaan telah mencantumkan hadits tentang bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab.
Sayangnya, sampai kini saya masih belum ketemu lagi dengan teman saya yang menertawakan ucapan saya.


Selasa, 05 November 2013

JUMLAH YANG TIDAK PUNYA MAHAL I'RAB




JUMLAH YANG TIDAK PUNYA MAHAL I'RAB
1) Jumlah yang menjadi pembuka kalimat/pembicaraan (jumlah ibtida'iyah)
Contoh: Ada kalimat di awal atau seseorang memulai berbicara:
الحمدُ للهِ ربِ العالمين / أَحْمَدُ اللهَ على نعمتِه
2) Jumlah yang merupakan penjelasan dari kalimat sebelumnya (Jumlah Tafsiriyah)
إِنَّ مثلَ عيسى عندَ اللهِ كَمَثَلِ آدمَ خَلَقَهُ مِن تُرابٍ ثمَّ.......
Kata matsali adam (seperti adam) ini diperjelas dengan kata yang bergaris bawah setelahnya (Allah menciptakannya dari tanah kemudian.......)
3) Jumlah yang terputus dari kalimat sebelumnya atau Jumlah yang berada ditengah-tengah jumlah lain (Jumlah Mu'taridloh)
إن زيدا –رحمه الله- طالب مجتهد
Zaidan adalah Mubtada' dan khobarnya adalah tholibun. Jumlah yang berada di tengah (mu'taridloh) tidak mempunyai hubungan dalam susunan kalimatnya (terputus), sehingga ia tidak punya mahall dalam i'rab.
4) Jumlah yang menjadi jawab syarath ghoiru jazimah (Syarath yang tidak menjazamkan fi'il sesudahnya
لو دخلْتَ في الفصلِ هَرَبْتُ مِنكَ
Kata bergaris bawah adalah jawab syarath, sementara adath syarathnya (lau) tidak bisa menjazamkan fi'il setelahnya
5) Jumlah yang menjadi jawab qasam (jawab dari sumpah)
والعصر إن الإنسان لفي خسر
Kalimat bergaris bawah tidak memiliki mahall sebab jatuh setelah qasam (sumpah)
6) Jumlah yang menjadi shilah maushul
الحمدُ لله الذي أنزلَ الكتابَ
Kalimat bergaris bawah tidak punya mahall dalam i'rab sebab jatuh setelah isim maushul (al-ladzi)